
Invalid Date
Dilihat 75 kali

Pada hari ini, Selasa, 16 Desember 2025, bertempat di Aula Julu Kanayya Kecamatan Bantaeng, Camat Bantaeng memimpin langsung kegiatan Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan Bantaeng yang membahas isu strategis kebencanaan dan lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya memperkuat sinergi lintas sektor dalam menghadapi tantangan banjir, perubahan iklim, serta persoalan pengelolaan sampah yang kian kompleks. Rapat koordinasi ini dihadiri oleh lurah dan kepala desa se-Kecamatan Bantaeng, Babinsa dan Bhabinkamtibmas, para kepala seksi Kantor Kecamatan Bantaeng, serta menghadirkan narasumber Bapak Anas Hasan selaku Tenaga Ahli Pemerintah Kabupaten Bantaeng dan Bapak Nasir Awing selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantaeng.
Dalam arahannya, Camat Bantaeng menegaskan bahwa pemetaan wilayah rawan banjir harus menjadi perhatian utama seluruh perangkat wilayah. Ia menyampaikan bahwa kondisi geografis Kecamatan Bantaeng yang terdiri dari wilayah pesisir pantai dan dataran rendah menjadikan sebagian wilayah sangat rentan terdampak banjir, terutama saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi yang bersamaan dengan pasang tertinggi air laut. Oleh karena itu, Camat meminta agar seluruh lurah dan kepala desa melakukan pendataan serta pemetaan titik-titik rawan banjir di wilayah masing-masing, termasuk mengevaluasi kondisi drainase, alur air, serta dampak pembangunan terhadap sistem resapan.
Lebih lanjut, Camat Bantaeng menekankan pentingnya peran pemerintah kelurahan dan desa sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan banjir. Menurutnya, langkah sederhana seperti menjaga kebersihan saluran air, menertibkan bangunan yang menghambat aliran drainase, serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat memberikan dampak besar dalam mengurangi risiko banjir. Camat juga mengapresiasi program “Jumat Bersih” yang dicanangkan oleh Bupati Bantaeng sebagai bentuk komitmen pemerintah daerah dalam membangun budaya bersih dan peduli lingkungan di tengah masyarakat.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantaeng, Bapak Nasir Awing, dalam paparannya menjelaskan fenomena alam dan persoalan lingkungan yang diperkirakan akan menjadi tantangan besar pada tahun 2025. Ia menyampaikan bahwa dalam dua hingga tiga tahun terakhir, cuaca ekstrem semakin sulit diprediksi akibat perubahan iklim global. Sejak komitmen Paris Agreement tahun 2015, suhu bumi telah mengalami kenaikan lebih dari satu derajat, yang berdampak pada perubahan pola cuaca secara signifikan. Kondisi ini menyebabkan prediksi cuaca, termasuk dari BMKG, dalam beberapa kasus tidak sepenuhnya akurat karena adanya fenomena lokal yang spesifik, seperti yang terjadi di Kabupaten Bantaeng.
Kadis DLH juga mengungkapkan bahwa meskipun Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu kabupaten terkecil di Sulawesi Selatan dengan luasan sekitar 0,8 persen dari wilayah provinsi, potensi bencana yang dimiliki cukup besar. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi topografi pesisir, dataran rendah, serta kawasan hulu yang mengalami degradasi lingkungan. Berdasarkan kajian banjir tahun 2024 yang dilakukan oleh Universitas Hasanuddin, dinyatakan bahwa wilayah Bantaeng berada dalam kondisi tidak aman untuk 20 tahun ke depan jika tidak dilakukan pembenahan serius. Rekomendasi utama dari kajian tersebut meliputi pembenahan wilayah hulu, penambahan embung minimal seluas satu hektare, serta pembangunan sebanyak 34 cekdam sebagai pengendali aliran air.
Dalam rapat tersebut juga disampaikan bahwa banjir yang terjadi baru-baru ini disebabkan oleh curah hujan ekstrem yang terjadi bersamaan dengan pasang tertinggi permukaan laut. Di wilayah Kota Bantaeng, pasang laut tercatat mencapai 50 sentimeter di atas permukaan laut, mengakibatkan genangan di sejumlah titik vital. Bahkan, salah satu rest area sempat terendam hingga kendaraan tidak dapat melintas. Di Kelurahan Lembang, penyempitan dan penyumbatan saluran drainase di belakang bangunan kantor arsip turut memperparah genangan air saat hujan lebat.
Selain persoalan banjir, rapat koordinasi ini juga membahas secara mendalam persoalan sampah yang kini telah menjadi isu darurat nasional. Disampaikan bahwa pada tahun 2024, timbulan sampah di Indonesia mencapai sekitar 87 juta ton per tahun. Di Kabupaten Bantaeng sendiri, dengan jumlah penduduk sekitar 219 ribu jiwa, timbulan sampah rumah tangga diperkirakan mencapai 120 ton per hari. Oleh karena itu, Kadis DLH menekankan pentingnya pemilahan sampah sejak dari sumbernya, terutama untuk sampah spesifik seperti lampu dan aki bekas yang mengandung merkuri dan tidak boleh dicampur dengan sampah lainnya.
Menutup rapat koordinasi, Camat Bantaeng menegaskan bahwa keberhasilan pengelolaan lingkungan dan penanggulangan banjir sangat bergantung pada komitmen bersama. Ia mengajak seluruh lurah, kepala desa, serta unsur TNI-Polri untuk terus berkolaborasi dan turun langsung ke lapangan. Dengan sinergi yang kuat, diharapkan Kecamatan Bantaeng mampu menjadi wilayah yang lebih tangguh menghadapi bencana, bersih dari sampah, dan berkelanjutan demi keselamatan serta kesejahteraan masyarakat.
Bagikan:

Kelurahan Lembang
Kecamatan Bantaeng
Kabupaten Bantaeng
Provinsi Sulawesi Selatan
© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia
Pengaduan
0
Kunjungan
Hari Ini