Lomba perahu di wilayah Tamalannge, Kelurahan Lembang, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, menjadi salah satu tradisi yang paling ditunggu masyarakat setiap tahunnya. Kegiatan ini bukan sekadar ajang adu kecepatan di atas air, tetapi juga perayaan kebersamaan, kegembiraan, dan penghormatan terhadap kehidupan masyarakat pesisir yang telah lama bergantung pada laut sebagai sumber penghidupan. Di Tamalannge, yang dikenal memiliki garis pantai yang tenang dan pemandangan laut yang indah, lomba perahu selalu berhasil menarik perhatian warga dari berbagai penjuru Bantaeng.

Sejak pagi, suasana pesisir Tamalannge sudah ramai. Warga mulai berdatangan, beberapa membawa keluarga, sementara yang lain hadir untuk mendukung tim perahu andalan mereka. Perahu-perahu yang akan berlomba ditata di sepanjang tepi pantai; sebagian di antaranya telah dihiasi dengan warna cerah, corak khas pesisir, dan ukiran sederhana yang mencerminkan karakter para nelayan setempat. Para peserta lomba—umumnya nelayan yang sehari-hari mengarungi laut—datang dengan penuh semangat, membawa kebanggaan tersendiri karena dapat mewakili komunitas mereka.

Ketika perlombaan dimulai, suara peluit menjadi tanda dimulainya adu kecepatan di atas permukaan air. Para pendayung bergerak serempak, menciptakan ritme yang harmonis antara kayuhan dan gerak perahu yang membelah ombak kecil Tamalannge. Sorak-sorai warga di sepanjang pantai menambah semarak suasana. Anak-anak berlari mengikuti gerakan perahu dari tepi pantai, sementara para orang tua tak henti-hentinya memberi dukungan dengan teriakan penuh antusias.

Namun, lomba perahu di Tamalannge bukan hanya soal menang atau kalah. Di balik perlombaan itu tersimpan nilai-nilai kerja sama, disiplin, dan sportivitas yang sangat dijunjung tinggi. Dalam setiap tim terdapat pembagian tugas yang jelas—mulai dari pengemudi yang mengatur arah, hingga para pendayung yang menentukan kekuatan dan keseimbangan. Kekompakan menjadi kunci utama. Tanpa kerja sama yang baik, mustahil sebuah perahu dapat melaju dengan cepat dan stabil.

Selain menjadi hiburan bagi masyarakat, lomba perahu juga menjadi ruang bagi pemerintah kelurahan dan kecamatan untuk memperkuat hubungan sosial, mendorong wisata lokal, dan menghadirkan kegiatan positif bagi pemuda-pemudi setempat. Banyak pelaku UMKM turut meramaikan acara dengan menjajakan makanan tradisional seperti jagung marning, apam gula merah, dan kudapan khas Kelurahan Lembang lainnya. Hal ini membuat kawasan Tamalannge berubah menjadi pusat keramaian yang hidup dan penuh warna.

Ketika perlombaan usai, para peserta dan warga berkumpul untuk menyaksikan pengumuman pemenang. Meskipun hanya satu tim yang keluar sebagai juara, suasana keakraban tetap terasa. Para peserta saling memberi ucapan selamat, saling menghargai perjuangan satu sama lain, dan menikmati kebersamaan yang tercipta sepanjang hari.

Lomba perahu di Tamalannge bukan sekadar tradisi lokal, melainkan simbol identitas masyarakat pesisir Kelurahan Lembang. Ia menjadi pengingat bahwa kebersamaan, kerja sama, dan cinta terhadap laut selalu mengalir kuat dalam kehidupan masyarakat Bantaeng. Dengan tetap dijaga dan dirayakan, tradisi ini akan terus hidup sebagai warisan budaya yang memperkaya daerah dan menguatkan jati diri masyarakatnya